Monday, May 21, 2007

LINKIN PARK - MINUTES TO MIDNIGHT

Category:Music
Genre: Alternative Rock
Artist:LINKIN PARK
Sebelumnya, Hits Daily Double melaporkan bahwa album Minutes to Midnight berhasil terjual antara 550.000 s/d 600.000 copy dalam minggu pertama rilis. Hal ini adalah perolehan angka tertinggi untuk sementara dalam minggu pembuka untuk semua album yg rilis di tahun 2007 ini. Waow....

Ngomongin album terbaru Linkin Park ini, banyak teman di beberapa forum yang merasa kecewa dgn album ini. Bahkan tidak jarang ada yang sampai main hujat dan mengatakan album ini sampah. Aku sih tidak berani komentar sebelum mendengar albumnya terlebih dahulu. Akhirnya, kemarin aku berhasil mendengar semua lagu yang ada dalam album Minutes to Midnight ini. What can i say? THIS IS A GREAT ALBUM BY LINKIN PARK!!! Aku tidak setuju dengan pendapat mereka. Bagiku, ini adalah album Linkin Park terbaik dari yang pernah ada.

Well, It has a lot of melody, lirik-lirik yang sangat menyentuh, menyindir dan pastinya penjiwaan yang matang. Orang-orang mengatakan Linkin Park yang sekarang bukan lah Linkin Park yang lama. Maksudnya yg lama adalah Linkin Park yang sukses dgn album Hybrid Theory dan Meteora-nya itu. Yup, aku setuju dengan hal tersebut. Tetapi, Linkin Park yang lama masih bisa diihat di dalam tubuh Linkin Park yang baru ini. Tentunya dengan cara yang baru. Jadi kali ini, kita bisa mendapatkan Linkin Park lama dan Linkin Park baru dalam waktu yang sama. Cool, huh? Yang aku liat, mereka semakin dewasa dalam bermusik. So, jika kalian juga sama-sama dewasa dengan Linkin Park, kalian musti menyukai album ini! Memang, Minutes to Midnight bisa dibilang sebagai great turn. Tapi, di dalam pikiranku, album ini bisa dianggap sebagai jalan lintas antara "old LP" dan "new LP". Nah, kapan "new LP"-nya? Itu bisa diliat pada album mereka mendatang. Aku yakin, kalian akan menyukainya nanti. Metallica aja bisa berubah, masa Linkin Park tidak?

Mereka sudah bekerja keras. Seharusnya lah kita berterima kasih kepada Mike, Chester, Joe, Brad, Rob dan Phoenix karena sudah merilis album terbaru ini. Mereka melakukannya bukan untuk diri mereka sendiri. Bukan juga untuk sang produser baru, Rick Robin. Melainkan kita, sebagai fans mereka. Yang merasa dirinya fans Linkin Park, apakah pantas menghujat album terbaru mereka ini? Ngakunya fans, tapi omongannya kok malah bertolak belakang dengan arti kata "fans" itu sendiri? *sigh*

Back to topic. Total dalam album ini ada 12 buah lagu. Lagu pertama dibuka dengan Wake, sebuah lagu yang isinya berupa instrumental sepanjang 01:34 menit. Nice opening! Setelah itu disusul dengan track selanjutnya, Given Up. Musiknya agak nge-rock dan metal. Bass juga ikut andil utk mendominasi lagu. Vokal Chester makin matang dengan teriakan khasnya itu. “What the f**k is wrong with me?”. Great song, btw!!!

Leave Out All The Rest, menjadi lagu selanjutnya. Terlihat Chester menyanyi yang agak suram ini dengan penjiwaan yg dalam. Jika kalian tahu lirik lagu ini, dijamin kalian bisa memahami apa yg terkandung di dalamnya.

Mendengar lagu Bleed it Out, jadi teringat dengan karakter Linkin Park dalam album-album sebelumnya. Shinoda mulai beraksi di sini dengan rap-nya. Setelah selesai, disusul dengan Shadow Of The Day. Hmmm, entah bagaimana dengan kalian, tapi menurutku lagu ini sangat terinspirasi banget dengan band U2. Biar gitu, ciri khas Linkin Park tetap masih bisa dirasakan dalam lagu ini.

Track selanjutnya adalah What I've Done yang merupakan single pertama dari album ini. Liriknya sangat menyentuh. Apalagi nonton video klipnya. Terlihat bagaimana mereka mau menyampaikan sisi kemanusiaan dengan cara mereka sendiri. Mantap! Dengan lagu What I've Done ini, Linkin Park seakan-akan membuktikan kepada fans dan pendengarnya kalo mereka itu masih bisa nge-rock. Permainan drum Bourdon di sini terlihat kreatif dan inovatif.

Hands Held High, lagu yang sungguh unik. Sekali lagi Shinoda nge-rap di sini sambil diiringi dengan tabuhan drum ala penguburan secara militer. Ditambah pas chorusnya berbunyi "Amen". Mungkin lagu ini ingin menyindir presiden George W Bush dengan aksi serangan ke Irak-nya itu. KEREN!!! Aku jadikan lagu ini sebagai lagu favoriteku dalam album ini.

Lagu yang agak nge-trash, No More Sorrow. Aku yakin semua fans pasti suka dengan lagu ini. Power-screaming Chester bisa kalian dengar di sini sambil diiringi dengan distorsi berat pada riff gitar dan permainan drum yang cepat. Selesai lagu tersebut, disambung dengan In Between.

The electronic beat coupled with reggae guitar? Hasilnya bisa didengar pada lagu In Pieces. Boleh juga tuh. Solo gitar bisa ditemukan juga di sini.

Selanjutnya adalah Valentine's Day, sebuah lagu balada-pop yang sangat emosional. Kalo engga percaya, dengar aja liriknya. Musiknya slow, enak didengar dan tentunya mempunyai makna yg sangat dalam.

Akhirnya sampai juga pada lagu terakhir, The Little Things Give You Away. Durasinya paling lama dari semua lagu yang ada. It's one of a great song! Dimulai dengan petikan gitar akustik dan diselingin dengan suara elektronik. Di tengah lagu diisi dengan solo gitar yang indah. Penjiwaan Chester di lagu ini dalam banget. Simak aja liriknya yang berbunyi “All you’ve ever wanted was someone to truly look up to you. And six feet underwater, I do”. Aku yakin lagu ini juga ditujukan buat presiden George W Bush yang dinilai terlambat dalam menangani para korban badai Katrina di New Orleans tahun kemarin.

Ahhh... akhirnya selesai juga untuk me-review album Minutes to Midnight ini. Susah memang untuk review lagu ini. Untuk bisa me-reviewnya aku sampai mendengarkan lagu ini berpuluh-puluh kali agar tahu apa makna dari isi lagu tersebut. Overall, lagu ini aku kasih rating 5/5 bintang. Terkesan royal? Tidak juga. Menurutku ini adalah album terbaik yang pernah dibuat oleh Linkin Park. Musik mereka semakin dewasa. Tidak lagi terdengar lagu yang isinya hanya teriak-teriak mulu [apa gak kasihan ama Chester?]

Buat orang-orang yang tidak suka dengan album ini dan menghendaki Linkin Park mengeluarkan album yg isinya sama persis seperti album Hybrid Theory, AKU SARANKAN mendingan kalian beli aja lagi album Hybrid Theory yang masih terpajang di toko-toko kaset, bawa pulang dan setel dengan volume tertinggi. Puas?

Atau kalau tidak, silakan beli album band-band lain yang musiknya berusaha untuk atau bahkan menyamai style Linkin Park era Hybrid Theory. AND JUST EAT THAT SHIT!!!

Thank you Linkin Park for your huge work on this record!!!

Track Listings [dr no 01 s/d 12]:
Wake [01:40], Given Up [03:10], Leave Out All The Rest [03:18], Bleed It Out [02:54], Shadow Of The Day [04:50], What I've Done [03:25], Hands Held High [03:53], No More Sorrow [03:38], Valentine's Day [03:15], In Between [03:14], In Pieces [03:37], The Little Things Give You Away [06:23]

Tambahan:
Linkin Park's official site: http://www.linkinpark.com
LP Underground: http://www.lpunderground.com
Minutes to Midnight's lyrics: http://minutes2midnight.com/lyrics/minutes_to_midnight
Hit Daily Double: http://www.hitsdailydouble.com
Download all every single songs: cari aja di http://multiply.com/search

Saturday, May 19, 2007

BEDANYA COWO GANTENG AMA COWO JELEK

kalo cowok ganteng berbuat jahat
cewek-cewek bilang: nobody's perfect
kalo cowok jelek berbuat jahat
cewek-cewek bilang: pantes...tampangnya

kriminal
kalo cowok ganteng nolongin cewek yang diganggu preman
cewek-cewek bilang: wuih jantan...kayak di filem-filem
kalo cowok jelek nolongin cewek yang diganggu preman

cewek-cewek bilang: pasti premannya temennya dia...
Kalo cowok ganteng pendiam
cewek-cewek bilang: woow, cool banget...
kalo cowok jelek pendiam
cewek-cewek bilang: ih kuper...
kalo cowok ganteng jomblo
cewek-cewek bilang: pasti dia perfeksionis
kalo cowok jelek jomblo
cewek-cewek bilang: sudah jelas...kagak laku...
kalo cowok ganteng dapet cewek cantik
cewek-cewek bilang: klop...serasi banget...
kalo cowok jelek dapet cewek cantik
cewek-cewek bilang: pasti main dukun...
kalo cowok ganteng diputusin cewek
cewek-cewek bilang: jangan sedih, khan masih ada aku...
kalo cowok jelek diputusin cewek
cewek-cewek bilang:...(terdiam, tapi telunjuknya meliuk-liuk dari

atas ke bawah, liat dulu dong bentuknya)...
kalo cowok ganteng ngaku indo
cewek-cewek bilang: emang mirip-mirip bule sih...
kalo cowok jelek ngaku indo
cewek-cewek bilang: pasti ibunya Jawa bapaknya robot...
kalo cowok ganteng penyayang binatang
cewek-cewek bilang: perasaannya halus...penuh cinta kasih
kalo cowok jelek penyayang binatang
cewek-cewek bilang: sesama keluarga emang harus menyayangi...
kalo cowok ganteng bawa BMW
cewek-cewek bilang: matching...keren luar dalem
kalo cowok jelek bawa BMW
cewek-cewek bilang: mas majikannya mana?...
kalo cowok ganteng males difoto
cewek-cewek bilang: pasti takut fotonya kesebar-sebar
kalo cowok jelek males difoto
cewek-cewek bilang: nggak tega ngeliat hasil cetakannya ya?...
kalo cowok ganteng naek motor gede
cewek-cewek bilang: wah kayak lorenzo lamas ...bikin lemas...
kalo cowok jelek naek motor gede
cewek-cewek bilang: awas!! mandragade lewat...
kalo cowok ganteng nuangin air ke gelas cewek
cewek-cewek bilang: ini baru cowok gentlemen
kalo cowok jelek nuangin air ke gelas cewek

cewek-cewek bilang: naluri pembantu, emang gitu...
kalo cowok ganteng bersedih hati
cewek-cewek bilang: let me be your shoulder to cry on
kalo cowok jelek bersedih hati
cewek-cewek bilang: cengeng amat!!...laki-laki bukan sih?
Kalo cowok ganteng baca e-mail ini
langsung ngaca sambil senyum-senyum kecil, lalu berkata "life is beautifull" kalo cowok jelek baca e-mail ini, Frustasi, ngambil tali jemuran, trus triak sekeras-kerasnya
"HIDUP INI KEJAAAAMMM....!!!"

Tuesday, May 15, 2007

Lirik peterpan "DI BALIK AWAN"

Ku tak selalu begini
Terkadang hidup memilukan
Jalan yang kulalui
Untuk sekedar bercerita

Pegang tangan ku ini
Dan rasakan yang kuderita
Apa yang kuberikan
Tak pernah jadi kehidupan

Semua yang kuiginkan
Menjauh dari kehidupan

Tempat kumelihat di balik awan
Aku melihat di balik hujan
Tempatku berdiam tempat bertahan
Aku terdiam di balik hujan

a….a….a….

Pegang tangan ku ini
Dan rasakan yang kuderita
Genggam tanganku ini
Genggam perihnya kehidupan

Apa yang kuberikan
Tak pernah jadi kehidupan
Semua yang kuingikn
Menjauh dari kehidupan

Tempat kumelihat di balik awan
Aku melihat di balik hujan
Tempatku berdiam tempat bertahan
Aku terdiam di balik hujan

// **** END **** //

lirik Dewa "DEWI"

Dewi aku mohon beri aku kesempatan
Tuk bisa menebus dosaku kepadamu
Maafkanlah aku yang menyakitimu
Aku tidak pernah menyangka bisa begini

Oh dewi, dengarkanlah…

Dewi kaulah hidupku
Aku cinta padamu sampai mati
Dewi belahlah dadaku
Agar kau tahu
Agar kau mengerti

Wou wou wou

Semua terjadi begitu saja
Tak ada yang serius antara dia dan aku
Tidak ada cinta dan tak ada hati
Hanya karena aku lelaki dan dia wanita

Kembali ke **

Monday, May 14, 2007

Lirik Samsons "KISAH TAK SEMPURNA"

aku memang tak berhati besar
untuk memahami hatimu di sana
aku memang tak berlapang dada
untuk menyadari kau bukan milikku lagi

(1)
dengar-dengarkan aku
aku akan bertahan
sampai kapanpun
sampai kapanpun
oh..

(2)
maafkan aku
yang tak sempurna tuk dirimu
usailah sudah
kisah yang tak sempurna
untuk kita.. kenang

andai aku dapat merelakan
setiap kepingan ukiran kenangan indah
andai aku sanggup menjalani
setiap detik dan waktu mendatang dan oh..

(back to 1 & 2)

oh...

dengar-dengarkan aku
aku akan bertahan
sampai kapanpun
sampai kapanpun
oh..

maafkan aku
yang tak sempurna tuk dirimu
usailah sudah
kisah yang tak sempurna untuk kita..
kenang.. kenang.. kenang.. uh..

kisah yang tak sempurna untuk kita kenang

Menu Makan Malam


Oleh : saya sendiri

Sesuatu yang kelak retak dan kita membikinnya abadi
Ibu bersumpah untuk membangun keluarganya di atas meja makan. Ia terobsesi mewujudkan keluarga yang bahagia melalui media makan bersama. Maka, ia menghabiskan hidupnya di dapur, memasak beribu-ribu bahkan berjuta-juta menu makanan hanya untuk menghidangkan menu masakan yang berbeda-beda setiap harinya. Ia memiliki jutaan daftar menu makan malam di lemari dapurnya. Daftar itu tersusun rapi di dalam sebuah buku folio usang setebal dua kali lipat kamus besar Bahasa Indonesia, berurut dari menu masakan berawal dengan huruf A hingga Z. Ia menyusun sendiri kamus itu sejak usia perkawinannya satu hari hingga kini menginjak usia 25 tahun. Di sebelah kamus resep masakan itu, bertumpuk-tumpuk pula resep masakan dari daerah Jawa, Madura, Padang, bahkan masakan China. Belum lagi kliping resep masakan dari tabloid-tabloid wanita yang setebal kamus Oxford Advanced Learner.

Isi kepala Ibu memang berbeda dengan ibu lain. Dalam kepalanya seolah hanya ada tiga kata, menu makan malam. Setiap detik, setiap helaan napasnya, pikirannya adalah menu-menu masakan untuk makan malam saja. Makan malam itulah ritual resmi yang secara tersirat dibikinnya dan dibuatnya tetap lestari hingga saat ini. Meskipun, ketiga anaknya telah beranjak dewasa, ia tak pernah surut mempersiapkan makan malam sedemikian rupa sama seperti ketika ia melakukannya pertama, sejak usia pernikahannya masih satu hari.

Keluarga ini tumbuh bersama di meja makan. Mereka telah akrab dengan kebiasaan bercerita di meja makan sambil menikmati menu-menu masakan Ibu. Mereka berbicara tentang apa saja di meja makan. Mereka duduk bersama dan saling mendengarkan cerita masing-masing. Tak peduli apakah peristiwa-peristiwa itu nyambung atau tidak, penting bagi yang lain atau tidak, pokoknya bercerita. Yang lain boleh menanggapi, memberi komentar atau menyuruh diam kalau tak menarik. Muka-muka kusut, tertekan, banyak masalah, stres, depresi, marah, kecewa, terpukul, putus asa, cemas, dan sebagainya, bisa ditangkap dari suasana di atas meja makan. Sebaliknya muka-muka ceria, riang, berseri, berbunga-bunga, jatuh cinta, juga bisa diprediksi dari ritual makan bersama ini. Ibu yang paling tahu semuanya.

Ia memang punya kepentingan terhadap keajegan tradisi makan bersama ini. Satu kepentingan saja dalam hidupnya, memastikan semua anggota keluarganya dalam keadaan yang ia harapkan. Bagi Ibu, sehari saja ritual ini dilewatkan, ia akan kehilangan momen untuk mengetahui masalah keluarganya. Tak ada yang bisa disembunyikan dari momen kebersamaan ini. Dan kehilangan momen itu ia rasakan seperti kegagalan hidup yang menakutkan. Ia tak mau itu terjadi dan ia berusaha keras untuk membuat itu tak terjadi.

Ia tak berani membayangkan kehilangan momen itu. Sungguh pun tahu, ia pasti menghadapinya suatu saat nanti, ia merasa takkan pernah benar-benar siap untuk itu. Yang agak melegakan, semua anggota keluarganya telah terbiasa dengan tradisi itu dan mereka seolah menyadari bahwa Ibu mereka memerlukan sebuah suasana untuk menjadikannya "ada". Semua orang tahu dan memakluminya. Maka semua orang berusaha membuatnya merasa "ada" dengan mengikuti ritual itu. Namun, kadang beberapa dari mereka menganggap tradisi ini membosankan.
***
Jam empat pagi. Ibu telah memasak di dapur. Ia menyiapkan sarapan dengan sangat serius. Ibu tak pernah menganggap memasak adalah kegiatan remeh. Ia tak pernah percaya bahwa seorang istri yang tak pernah memasak untuk keluarganya adalah seorang Ibu yang baik. Jika ada yang meremehkan pekerjaan memasak, Ibu akan menangkisnya dengan satu argumen: masakan yang diberkahi Tuhan adalah masakan yang lahir dari tangan seorang Ibu yang menghadirkan cinta dan kasih sayangnya pada setiap zat rasa masakan yang dibikinnya. Ibu meyakini bahwa makanan adalah bahasa cinta seorang Ibu kepada keluarganya, seperti jembatan yang menghubungkan batin antarmanusia. Sampai di sini, anak-anaknya akan berhenti mendengar penjelasan yang sudah mereka hapal di luar kepala. Ibu takkan berhenti bicara kalau kedamaiannya diusik. Dan yang bisa menghentikannya hanya dirinya sendiri.

Sarapan tiba. Ibu menyiapkan sarapan di dapur. Ia menyiapkan menu sesuai dengan yang tertera di daftar menu di lemari makanan. Telur dadar, sayur hijau dan sambal kecap. Ada lima orang di keluarganya. Semua orang memiliki selera berbeda-beda. Suaminya suka telur yang tak matang benar, agak asin, tanpa cabe. Aries suka telur yang benar-benar tergoreng kering, dan harus pedas. Pisca, suka makanan serba manis. Telur dadarnya harus setengah matang dengan kecap manis dan sedikit vitsin. Sedangkan Canestra, tak suka pada kuning telur. Sebelum didadar, kuning telur harus dipisahkan dulu dari putihnya. Jika tidak dibuatkan yang sesuai dengan pesanannya, ia bisa mogok makan. Berhari-hari.

Bagaimana dengan Ibu? Ibu bahkan tak pernah macam-macam. Telur dadarnya adalah yang standar, tidak ada perlakuan khusus. Ia boleh makan apa saja, yang penting makan, jadilah.

Pukul 07.05. Telur dadar setengah matang asin, telur dadar pedas, telur manis dengan vitsin, dan telur tanpa kuning, berikut sayur hijau dan sambal kecap telah terhidang. Semua telah menghadapi hidangan masing-masing sesuai pesanan. Makan pagi biasanya tak ada yang terlalu banyak bicara. Semua sibuk dengan rencana masing-masing di kepalanya. Kelihatannya, tak ada yang ingin berbagi. Aries kini sudah bekerja di sebuah kantor pemerintah, menjadi tenaga honor daerah. Ia harus tiba di kantor setidaknya pada tujuh dua lima, karena ada apel setiap tujuh tigapuluh. Pisca harus ke kampus. Ia duduk di semester tujuh kini. Tampaknya sedang tak bisa diganggu oleh siapa pun. Wajahnya menunjukkan demikian. Mungkin akan bertemu dengan dosen pembimbing atau entah apa, tapi mukanya keruh. Mungkin banyak persoalan, tapi Ibu cuma bisa memandang saja. Sedang Canestra masih di SMA. Ia tampak paling santai. Tangannya memegang komik. Komik Jepang. Makan sambil membaca adalah kebiasaannya. Sang Bapak, duduk diam sambil mengunyah makanan tanpa bersuara dan tanpa menoleh pada yang lain. Pria yang berhenti bekerja beberapa tahun lalu itu tampak lambat menyelesaikan makannya. Ia menikmati masakan itu, atau tidak peduli? Tak ada yang tahu.

Satu per satu mereka meninggalkan ruang makan. Hanya piring-piring kotor yang tersisa di meja makan. Ibu membawanya ke dapur, mencuci piring-piring itu sampai bersih dan mengelap meja makan. Ritual berikutnya adalah menyerahkan anggaran belanja ke pasar hari itu kepada suaminya. Saat-saat inilah yang paling ia benci seumur hidupnya. Ia benci menerima uang dari suaminya yang selalu tampak tak rela dan tak percaya.

Akhirnya, memang bahan-bahan menu itu dipangkas seenak udelnya, ia tak mau tahu apa pun. Ujung-ujungnya ia cuma memberi sepuluh ribu saja untuk semua itu. Tentu saja kurang dari anggaran yang seharusnya, dua puluh ribu. Untuk itu semua, maka otomatis menu berubah; tak ada ayam bumbu rujak, tak ada capcay, yang ada tinggal perkedel jagung dan tempe. Sayur hijau, katanya, bolehlah. Yang penting sayur, dan murah. Ah…

Ibu berjalan ke pasar dengan gontai. Hari itu Jumat. Hari pendek. Anak-anak akan pulang lebih cepat dari biasa. Ia mempercepat langkahnya. Tak mudah membagi waktu, kadang pekerjaan teramat banyaknya sampai-sampai tak ada waktu untuk melakukan hal lain selain urusan dapur. Kadang ia berpikir ada sesuatu yang memang penting untuk dilakukan tapi itu akan mengabaikan urusan dapur dan itu berarti pula mengabaikan selera anak-anaknya. Itu tidak mungkin. Tak ada yang mengerti selera anak-anaknya kecuali dia.

Tapi kadang ia bosan berurusan dengan menu-menu. Ia telah mencoba semua menu yang ada di buku-buku masakan, ia telah mencoba semua resep masakan di teve, dan ia kehabisan ide suatu ketika. Ia mencatat menu-menu yang sudah pernah dibikinnya. Serba-serbi sambal: sambal goreng krecek, sambal goreng hati, sambal godog, sambal kentang, sambal bawang, sambal kecicang, sambal serai, dll. Aneka ca, semacam: ca sawi, ca kangkung, ca bayam, ca tauge, ca bunga kol, dll. Semua jenis perkedel dan gorengan kering: perkedel ketimun, perkedel kentang, perkedel jagung, pastel kentang, kroket kentang, dan seterusnya. Sampai makanan golongan menengah dilihat dari mahalnya bahan pokok semacam: babi kecap, gulai kare ayam, gulai udang, sate bumbu rujak, opor ayam, sup kaki ayam dengan jamur tiongkok, dendeng sapi, kepiting goreng. Juga serba-serbi makanan China semacam: shiobak, koloke, fuyung hai, ang sio hie, hao mie, tao mie, dan seterusnya. Daftar ini masih akan bertambah panjang kalau disebutkan serba-serbi pepes, serba-serbi urap, atau serba-serbi ikan.

Semua menu sudah dicobanya habis tak bersisa, tapi sepertinya masih saja ada sesuatu yang kurang. Ia pun lebih kerap berkreasi, satu menu masakan kadang-kadang dipadu dengan menu masakan lain, misalnya pepes tempe, gulai pakis, sate tahu, dan sebagainya. Tapi masih saja menu-menu itu terasa tak cukup untuk membuat variasi menu yang berbeda setiap harinya. Karena itulah yang akan membuat keluarganya betah dan merindukan makan malam.

Ia pernah merasa ingin berhenti saja memikirkan menu-menu itu, tapi suaminya akan berkata, "Kau telah memilih menjadi perempuan biasa-biasa saja, tidak bekerja dan melayani keluarga. Bahkan kau bersumpah akan membangun keluarga di atas meja makan, kenapa tidak kau pikirkan sebelumnya?"

Ibu merenungkan kata-kata suaminya. Ada yang salah terhadap penilaian-penilaian. Ada yang tak adil di dalamnya. Hampir selalu, yang menjadi korban adalah mereka yang dinilai, mereka yang tertuduh, mereka yang melakukan sesuatu tapi dinilai salah dan dianggap biasa-biasa saja. Tapi apa sesungguhnya yang terjadi dengan biasa dan tak biasa? Apa yang menentukan yang biasa dan yang tak biasa? Menjadi Ibu adalah sangat luar luar luar biasa. Apakah seorang ibu rumah tangga yang mencurahkan seluruh hidupnya untuk keluarga lebih biasa daripada seorang ibu yang tak pernah sekalipun berpikir tentang keluarganya, meski ia punya tujuh perusahaan dan kaya raya? Lagipula, itu cuma perasaan, bukan angka-angka dalam matematika, namanya juga perasaan. Tercium bau hangus. Ibu tersentak dari lamunannya. Tempenya gosong.

Ia menyudahi goreng-menggoreng tempe itu. Lalu dengan bergegas ia menyambar sekeranjang cucian kotor, mulai mencuci. Anaknya datang satu per satu. Ibu belum selesai mencuci. Ia agak tergesa karena harus menyiapkan makan siang untuk anak-anaknya. Setelah menyiapkan makan siang, ia kembali bekerja, menyelesaikan cucian.

Makan siang Ibu adalah jam 3 sore. Setelah itu, ia tidur dua jam. Sehabis jam 5 sore, sehabis tidur siangnya, ia harus menyiapkan makan malam. Sehabis makan malam, jangan kira ia selesai. Ada Bapak yang setiap hari minta dipijit, tapi setiap hari mengeluh pijitan Ibu tak pernah mengalami kemajuan. Ah…

Dia melakukannya selama sisa hidupnya. Ia berkutat dengan semua itu selama puluhan tahun, tak pernah ada yang memujinya, dan ia pun tak ingin dipuji, tapi itukah yang disebut perempuan biasa?

Suatu ketika, sebuah peristiwa datang mengusik keluarga itu.
Hari itu Selasa, ketika sebuah perubahan memperkenalkan dirinya kepada keluarga itu. Aries menolak makan bersama. Ia tentu punya alasan di balik aksi mogoknya. Tapi tak ada yang tahu apa alasan Aries.

Ibu kecewa. Menu makan malamnya tak dicicipi selama tiga hari berturut-turut. Ini adalah beban mental bagi seorang Ibu. Ia bukanlah orang yang suka memaksa, tapi selalu membaca dari tanda-tanda dan suka juga menebak-nebak. Sialnya, Aries tak pernah memiliki cukup waktu untuk menjelaskan semua itu. Ia tampak begitu sibuk. Kadang ia bahkan terlihat menyibukkan diri, menghindar dari Ibu. Ia menomorduakan ritual makan malam mereka. Ibu menangis, ia merasa segala usahanya untuk membangun tradisi makan malam ini sia-sia saja. Salahkah jika ia berusaha membikin sesuatu yang kelak retak menjadi abadi? Mungkin memang salah, tapi dulu tak seorang pun cukup berani menunjukkan di mana letak salahnya, tak seorang pun tega mengecewakan Ibu. Tapi Aries, kini telah membuatnya kecewa secara nyata.

Suasana menjadi semakin keruh ketika di hari kelima, keenam dan ketujuh, Aries juga absen makan malam.
Ibu bertindak. Ia masuk ke kamar si sulung, lalu, mungkin, bicara di sana. Pisca dan Canestra duduk di depan tivi, tidak mendengar apa-apa.

Satu jam kemudian, Ibu keluar dengan wajah murung, tapi dibikin agar kelihatan berseri. Ia tampak aneh.
"Aku tahu selama ini kita tak pernah jujur dengan makan malam itu. Satu-satunya yang jujur hanya dia. Kita semua sudah bosan, ya kan? Ibu juga. Dan mulai saat ini, tidak ada lagi kebohongan apa pun. Tinggalkan saja jika kalian memang tak setuju. Ibu juga sudah lelah memikirkan menu-menu makan malam untuk kalian. Ibu ingin merasa tidak perlu menyiapkannya untuk kalian. Ibu akan mencoba. Selamat bersenang-senang!"

Ibu terlihat enteng menyelesaikan persoalannya. Bapak menyusul Ibu ke kamar. Mudah-mudahan mereka bercinta. Ah ya mereka sepertinya tak pernah bercinta lagi sejak beberapa tahun ini. Padahal itu perlu, terutama bagi Ibu yang lelah luar biasa. Fisik dan jiwa.

Pisca menyelinap masuk ke kamar Aries, meninggalkan Canestra yang masih asyik nonton tivi. Ia sungguh ingin tahu, apa yang dibicarakan Ibu dan Aries, sehingga Ibu keluar dengan wajah aneh, murung tapi dipaksakan berseri. Pisca bertanya, "Ada apa?" Aries tak menjawab, namun tiba-tiba menangis dan menenggelamkan wajahnya di bawah bantal. Dengan sesenggukan, ia berkata, "Untuk apa lagi mempertahankan sebuah kepalsuan di depan Ibu? Salah satu dari kita semua telah mengkhianati Ibu, untuk apa lagi semua ini dipertahankan?"

Pisca menangkap ucapan kakaknya dengan jelas, namun ia tak mengerti, dan tak ingin mengerti, karena semua itu terlalu menyedihkan baginya. Apalagi yang lebih menyedihkan ketika tahu seseorang telah berkhianat kepada Ibu? Siapa pun dia, Pisca tak ingin tahu. Ia tak ingin mendendam, apalagi terhadap keluarganya sendiri. Tapi, bukankah Ibu selalu tahu apa yang terjadi? Semua pertanyaan bertumpuk-tumpuk di kepalanya.

Sesuatu yang kelak retak, yang Ibu pernah berusaha membikinnya abadi, kini sudah benar-benar retak berkeping-keping dan tak mungkin disatukan lagi. Sejak saat itu, makan malam bersama tidak rutin lagi bagi mereka. Hanya Ibu yang masih betah di sana. Sesekali Pisca atau Canestra mendampinginya. Mungkin tiba saat ketika ia benar-benar rindu makan malam bersama.

Sialnya, Bapak benar-benar tak memahami persoalan dengan baik. Ia sok bijak dan pandai. Kata-katanya sungguh tak tepat untuk menggambarkan seluruh keadaan ini.

"Benar kan, Ibumu memang perempuan biasa-biasa saja. Ia bahkan menganggap hal remeh ini sebagai kiamat dalam hidupnya!"
Pisca meradang. Ia merasa Bapak yang sombong itu harus dihentikan.

"Apa yang biasa? Apa yang tak biasa? Bapak juga laki-laki biasa, yang tak bisa seperti Ibu. Bapak jauh lebih biasa dari Ibu. Ibu, setidaknya berusaha membikin tradisi agar kita tahu arti kebersamaan sekalipun di atas meja makan. Tapi lihatlah Bapak yang hanya suka mengejek tapi tak pernah melakukan apa pun, bahkan tak pernah berusaha melakukan apa pun!"

Bapak diam. Dia kelihatan tersinggung. Tapi Pisca suka dan puas membuatnya tersinggung. Pisca memutuskan untuk menemui Ibu. Ibu menyambutnya dengan senyum. Ia tahu Pisca akan berbicara soal Bapak, soal biasa dan tak biasa. Ibu mencegahnya bicara lebih dulu, "Begini. Bapak benar soal Ibu yang biasa-biasa saja. Ini sudah seharusnya. Ibu menerima semua itu, bukan karena Ibu pasrah tapi Ibu mengerti betul kalian semua dan juga persoalan ini. Ibu memang perempuan biasa, tak ingin menjadi yang tak biasa. Ibu mencintai Bapak, kalian semua. Ibu tak bisa memberi uang, maka Ibu cuma memberi kemampuan Ibu memasak, itu pun jika kalian mau menikmatinya."

"Tapi Bu, ini penghinaan. Masalah makan malam itu bukan masalah sekadar, bukan masalah remeh temeh. Sebesar itu usaha Ibu membangun tradisi kebersamaan di keluarga kita, tapi Bapak bahkan menganggapnya tak ada. Kita belajar satu sama lain di meja makan itu, kita memutuskan hidup kita di atas meja makan itu, dan ingat, ketika Bapak berhenti bekerja di kantor karena penyelewengan dana yang sangat memalukan itu, yang menolong Bapak adalah kita, juga di atas meja makan itu."

"Bapak kini sedang merasa kesepian, ia kehilangan saat-saat terbaiknya, itu hal tersulit yang pernah ditemuinya. Kita harus memahami itu."

Dari beranda, Bapak mendengar semua percakapan itu. Ia berpikir bahwa istrinya memang baik, pengertian dan sabar, tapi sungguh ia sangat biasa, dan yang terpenting, tak menggairahkan. **

About Me "=

My photo
bismillahirahmannirrahim........